Risma, The Best Leader
Oleh: M. Syamsul Arifin |
Awal Februari 2015 kemarin, walikota Surabaya Tri
Rismaharini dinobatkan sebagai walikota terbaik ketiga dunia versi World Mayor
Project. Ia juga masuk dalam jajaran 50 pemimpin terbaik menurut Fortune.
Deretan 50 terbaik dunia itu diisi para tokoh ternama dari berbagai bidang,
seperti pemerintahan, bisnis, hiburan, olahraga dan tokoh agama.
Posisi pertama pemimpin terbaik diberikan kepada CEO
Apple Tim Cook, yang dinilai berhasil menggawangi perusahaan Apple setelah
ditinggal sang pendiri Steve Jobs. Kemudian urutan kedua, ketiga dan keempat,
diduduki presiden European Central Bank Mario Draghi, presiden Tiongkok Xi
Jinping dan Paus Fransiskus.
Sedangkan walikota Surabaya Tri Rismaharani berada pada
posisi ke-24 di atas pendiri facebook, Mark Zucberkerg yang berada di urutan
ke-25. Terpilihnya orang nomor satu di Surabaya itu karena dianggap berhasil
mengubah kota yang berpenduduk 2,7 juta jiwa menjadi kota metropolis baru di
Indonesia, dengan fokus pada ruang terbuka hijau dan pelestarian lingkungan.
Penulis yang memang kelahiran dan bersekolah di Surabaya
(tapi saat ini sedang menempuh pendidikan tinggi di Jogja) cukup tahu mengenai
kondisi kota pahlawan ini. Surabaya sebelum dipimpin Risma adalah kota yang
terkenal dengan polusi dan kepadatan. Tapi kini berubah cantik dengan 11
tanaman asri dan RTH lain. Bahkan, kompleks pemakaman dikembangkan dan didesain
ulang agar lebih menyerap air dan mengurangi banjir.
Faktor Pendukung
Surabaya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kota
lainnya, juga memiliki segudang masalah yang harus diselesaikan. Namun dengan
keuletan pemimpinnya, kota ini berubah menjadi maju dan cantik. Betapa tidak,
berbagai prestasi membanggakan, baik dalam negeri maupun kancah global, terus
ditorehkannya. Serta berbagai permasalahan kota stape by stape terselesaikan.
Warga Surabaya pun merasa puas dipimpin olehnya,
sehingga kepemimpinannya dianggap sukses dan disebut-sebut sebagai the best
leader. Kesuksesan memimpin kota ini tentu tidak asjad (asal jadi), ada faktor
pendukungnya.
Pertama, karakater pribadi yang ikhlas dan kuat. Faktor
yang pertama ini, ditunjukannya dengan kepemimpinan yang bertanggungjawab.
Dennis F Thompson (1987) dalam Political Ethics and Public Office menekankan
tanggung jawab moral sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari politik. Bahwa,
amanah (jabatan) terkandung secara inheren tanggung jawab moral untuk berbuat
sesuai dengan tuntutan jabatan dan untuk kepentingan umum.
Seorang pemimpin tidak dibenarkan berbuat semata-mata
atas dasar kepentingan individu maupun kelompok. Pasalnya, etika kepemimpinan
meniscayakan setiap pemimpin harus bertanggungjawab atas segala tindakan dan
keputusan politiknya. Karena itu adalah konsekuensi dari amanah yang
diembannya.
Meminjam istilah Jawa, jabatan itu ageman. Ageman sering
dipandang sebagai pakaian. Dalam pakaian setidaknya terdapat tiga fungsi utama,
yaitu menutupi aib atau aurat, memperindah penampilan, dan menjaga kesehatan.
Maka, apabila ada orang yang mengaku memiliki jabatan, apalagi sebagai
pemimpin, perangainya harus terpuji dan dalam menjalankan tugasnya harus merasa
nyaman selayaknya ia berpakaian.
Hal tersebut, salah satunya, ia tunjukkan saat
menanggapi posisinya masuk dalam jajaran 50 pemimpin dunia. Risma yang pada
Jumat siang sempat mengatur lalu lintas di depan gedung negara Grahadi karena
ada demonstrasi mahasiswa mengungkapkan, “belum apa-apa, karena masih ada warga
yang belum sejahtera. Infrastruktur harus ditingkatkan agar tidak ada lagi
warga yang merasa tinggal di wilayah pinggiran. Semua harus bisa merasakan rumahnya
berada di pusat dengan membuka jalan”.
Kedua, kemampuan intelektualitas. Kesuksesan
kepemimpinan Risma tidak berangkat dari intelektualitas yang kosong. Risma
adalah lulusan S1 dan S2 ITS dengan jurusan Manajemen Pengembangan Kota. Tidak
hanya itu, Risma memulai karirnya dari Kepala seksi Tata Ruang dan Tata Guna
Tanah Badan Perencanaan Pembangunan, lalu Kepala seksi pendataan dan penyuluhan
dinas Bangunan, kepala cabang dinas pertamanan, kepala badan penelitian dan
pengembangan, kepala dinas kebersihan dan pertamanan, kepala badan perencanaan
pembangunan, dan saat ini menjadi Walikota Surabaya.
Ketiga, dukungan legislatif. Pada saat pencalonan
sebagai walikota, Risma diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) yang kini banyak anggota DPRD adalah kader PDIP. Bahkan, ketua DPRD-nya
juga dari PDIP. Dukungan legislatif ini penting dalam menjalankan roda
pemerintahan. Apabila kepala daerahnya, ketua DPRD dan kebanyakan anggota DPRD
adalah dari partai pengusung, agenda pemerintahan biasanya berjalan lancar dan
bahkan tanpa hambatan.
Hal itu didasari realitas dewasa ini, perbedaan partai
cenderung menjadi hambatan karena perbedaan kepentingan yang memang dibawa dari
partai yang bersangkutan. Setidaknya hal ini tampak pada konflik Gubernur Ahok
dan (sebagian anggota) DPRD DKI Jakarta dalam pembahasan RAPBD DKI Jakarta
tahun 2015. Sekian lama berseteru dan telah dimediasi oleh Kemendagri, tapi
tidak menemukan titik temu. Hingga akhirnya, RAPBD DKI Jakarta yang digunakan
untuk tahun ini adalah RAPBD DKI Jakarta tahun 2014.
Menginspirasi
Dowling (2001) menegaskan, tantangan untuk membangun
reputasi hebat sehingga dapat menjadi organisasi yang memiliki nama cemerlang,
harus dimulai dari pimpinan puncak organisasi. Artinya, maju dan mundurnya
suatu daerah tergantung dengan pemimpinnya atau kepala daerahnya.
Prestasi Tri Rismaharani diharapkan dapat menginspirasi
kepala daerah lainnya agar benar-benar menjalankan fungsi pemimpin. Peranan
pemimpin untuk membawa perubahan terhadap yang dipimpin ke arah kebaikan
menjadi tanggung jawab dari pemimpin itu dan harapan besar pengikutnya
(konstituante).
Hal tersebut juga dapat dikatakan sebagai jihad dalam
menjalankan amanah yang telah diberikan. Sebagaimana istilah dari jihad itu
sendiri yang berasal dari kata jahada (kata benda abstrak, juhd), yang bermakna
“berusaha” namun disini ditekankan berusaha dengan sebaik-baiknya. Wallahu
a’lam.
Penulis adalah Ketua Umum BPL HMI Cabang Yogjakarta, Pegiat
Forum Penulis Muda Jogja
Harian Analisa Sabtu, 25 April 2015